BILA ANAK MENDERITA HIPERAKTIF

1. Terimalah kondisi anak
Inilah hal pertama dan terpenting yang perlu dilakukan orang tua. Bila sudah dapat menerima kondisi anak, orang tua akan lebih baik dalam melakukan penanganan selanjutnya. "Sadari bahwa anak bukan ingin seperti itu melainkan kondisi otaknya yang sudah demikian sehingga muncul perilaku yang kurang positif," tutur Sani.
Orang tua penderita pun disarankan untuk tidak menyimpan permasalahannya sendiri. Curhat pada seseorang yang dianggap bisa membantu, meski sekadar untuk mendengarkan cerita, sedikit banyak dapat meringankan beban masalah. "Curhat terkadang bisa menjadi sarana cooling down bagi orang tua sehingga tindakan yang dilakukan lebih lanjut bisa berjalan dengan lebih baik."
Kerja sama antara suami-istri harus dijalin dengan baik agar anak dapat tertangani dengan baik. Akan sangat membantu bila anggota keluarga lain, seperti kakek-nenek atau kerabat lainnya memahami apa yang kita hadapi.
2. Perbaiki perilaku anak
Hal lain yang perlu penanganan segera adalah perilaku anak yang destruktif agar perilakunya lebih terarah. Untuk ini tentu diperlukan bantuan ahli seperti psikolog.
Pada umumnya, saran yang diberikan ahli adalah menyalurkan energi anak pada kegiatan-kegiatan positif yang ia sukai. Bila bosan, ganti dengan yang lain lagi. Intinya, usahakan energinya habis untuk kegiatan yang positif.
3. Terapi
Bila gangguan yang dialami tergolong parah, biasanya akan dilakukan terapi perilaku, seperti terapi psikososial, educational therapy, occasional therapy, dan psikoterapi. Dalam terapi seperti itu anak akan diajarkan perilaku mana yang boleh dan tidak. Obat-obatan sedapat mungkin dihindari karena memiliki efek samping, seperti mengantuk, nafsu makan berkurang, sulit tidur, tik (semacam kedutan), nyeri perut, sakit kepala, cemas, perasaan tidak nyaman, serta menghambat kreativitas.
Pemberian obat dalam jangka panjang juga bisa menimbulkan efek negatif pada sistem saraf, yakni menyebabkan ketergantungan obat, bahkan sampai ia dewasa. "Obat baru digunakan bila dalam kondisi terpaksa," tandas Sani.
4. Sediakan sarana
Untuk mengantisipasi gerakan-gerakan anak dengan gangguan hiperaktivitas yang tidak bisa diam, sebaiknya ruangan untuk anak bermain dirancang sedemikian rupa agar tidak terlalu sempit serta tidak dipenuhi banyak barang dan pajangan. Hal ini untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak diharapkan, seperti anak terbentur, tersandung, atau bahkan memecahkan barang-barang berharga. Bila memang tersedia, halaman luas sangat baik untuk memberikan kebebasan bergerak bagi penderita.

STIMULASI DINI

Terapi modifikasi perilaku harus melalui pendekatan perilaku secara langsung, dengan lebih memfokuskan pada perunahan secara spesifik. Pendekatan ini cukup berhasil dalam mengajarkan perilaku yang diinginkan, berupa interaksi sosial, bahasa dan perawatan diri sendiri. Selain itu juga akan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan, seperti agrsif, emosi labil, self injury dan sebagainya. Modifikasi perilaku, merupakan pola penanganan yang paling efektif dengan pendekatan positif dan dapat menghindarkan anak dari perasaan frustrasi, marah, dan berkecil hati menjadi suatu perasaan yang penuh percaya diri.
Terapi bermain sangat penting untuk mengembangkan ketrampilan, kemampuan gerak, minat dan terbiasa dalam suasana kompetitif dan kooperatif dalam melakukan kegiatan kelompok. Bermain juga dapat dipakai untuk sarana persiapan untuk beraktifitas dan bekerja saat usia dewasa. Terapi bermain digunakan sebagai sarana pengobatan atau terapitik dimana sarana tersebut dipakai untuk mencapai aktifitas baru dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan terapi.
Dengan bertambahnya umur pada seorang anak akan tumbuh rasa tanggung jawab dan kita harus memberikan dorongan yang cukup untuk mereka agar mau belajar mengontrol diri dan mengendalikan aktifitasnya serta kemampuan untuk memperhatikan segala sesuatu yang harus dikuasai, dengan menyuruh mereka untuk membuat daftar tugas dan perencanaan kegiatan yang akan dilakukan sangat membantu dalam upaya mendisiplinkan diri, termasuk didalamnya kegiatan yang cukup menguras tenaga (olah raga dll) agar dalam dirinya tidak tertimbun kelebihan tenaga yang dapat mengacaukan seluruh kegiatan yang harus dilakukan. Nasehat untuk orangtua, sebaiknya orang tua selalu mendampingi dan mengarahkan kegiatan yang seharusnya dilakukan si-anak dengan melakukan modifikasi bentuk kegiatan yang menarik minat, sehingga lambat laun dapat mengubah perilaku anak yang menyimpang. Pola pengasuhan di rumah, anak diajarkan dengan benar dan diberikan pengertian yang benar tentang segala sesuatu yang harus ia kerjakan dan segala sesuatu yang tidak boleh dikerjakan serta memberi kesempatan mereka untuk secara psikis menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan.

PENANGANAN DINI HIPERAKTIFITAS

Melihat penyebab ADHD yang belum pasti terungkap dan adanya beberapa teori penyebabnya, maka tentunya terdapat banyak terapi atau cara dalam penanganannya sesuai dengan landasan teori penyebabnya.
Terapi medikasi atau farmakologi adalah penanganan dengan menggunakan obat-obatan. Terapi ini hendaknya hanya sebagai penunjang dan sebagai kontrol terhadap kemungkinan timbulnya impuls-impuls hiperaktif yang tidak terkendali. Sebelum digunakannya obat-obat ini, diagnosa ADHD haruslah ditegakkan lebih dulu dan pendekatan terapi okupasi lainnya secara simultan juga harus dilaksanakan, sebab bila penanganan hanya diutamakan obat maka tidak akan efektif secara jangka panjang.
Terapi nutrisi dan diet banyak dilakukan dalam penanganan penderita. Diantaranya adalah keseimbangan diet karbohidrat, penanganan gangguan pencernaan (Intestinal Permeability or “Leaky Gut Syndrome”), penanganan alergi makanan atau reaksi simpang makanan lainnya. Feingold Diet dapat dipakai sebagai terapi alternatif yang dilaporkan cukup efektif. Suatu substansi asam amino (protein), L-Tyrosine, telah diuji-cobakan dengan hasil yang cukup memuaskan pada beberapa kasus, karena kemampuan L-Tyrosine mampu mensitesa (memproduksi) norepinephrin (neurotransmitter) yang juga dapat ditingkatkan produksinya dengan menggunakan golongan amphetamine.

DETEKSI DINI GEJALAHIPERAKTIF.

Untuk dapat disebut memiliki gangguan ADHD, harus ada tiga gejala utama yang nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif. Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain.
Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada beberapa syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah.

Mengapa anak-anak autisme terasa jauh dan tidak responsif?

Mengapa mereka terlihat berada di dalam dunianya sendiri?
Suatu teori adalah adanya variasi selama perkembangan otak dalam anak-anak autistik terutama pada masalah integrasi sensorik. Otak tidak dapat mengartikan sejumlah sensasi penglihatan, suara, sentuhan, bau dan rasa. Otak menjadi kacau dan bingung. Otak mencoba melindungi dirinya sendiri dengan menghambat dan mengabaikan masukan sensorik yang datang. Hal ini menyebabkan anak seolah-olah berada jauh dan bertingkah laku tidak responsive.

Untuk menghambat lebih jauh terhadap serangan sensasi yang kacau, otak memfokuskan pada satu sensasi atau aktifitas. Hal ini mungkin berupa menggoyangkan tubuhnya dengan keras, bermain dengan mainan yang sama, atau melihat video yang sama berulang-ulang. Aktivitas ini kelihatan aneh, tidak pantas dan bersifat unik untuk masing-masing anak. Aktivitas ini diulang terus menerus, sehingga membuat tingkah lakunya menjadi aneh.

Aktivitas yang berulang-ulang lebih sering terjadi dan lebih jelas terjadi ketika mengalami pengalaman baru. Suara yang keras, orang asing yang belum dikenal atau tempat-tempat yang ramai kadang-kadang dapat mencetuskan hal ini. Aktivitas yang berulang-ulang adalah mekanisme pertahanan dan perlindungan pada anak autistik.

Autisme pada Anak, Mengapa Bisa Terjadi?

KASUS penyakit autis saat ini semakin banyak terjadi di dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini penyakit autis sudah dapat dideteksi sejak usia dini. Meski demikian, pengetahuan awam mengenai autis dan bagaimana menanganinya masih belum diketahui luas. Autisme adalah suatu gangguan yang ditandai oleh melemahnya kemampuan bersosialisasi, bertingkah laku, dan berbicara. Autisme sering disebut dengan Autistic Spectrum Disorder (ASD).

Untuk mengetahui apakah anak mengidap autis, maka penting untuk mengetahui mulai dari gejala, tindakan kuratif (penyembuhan) hingga tindakan preventif (pencegahan), serta makanan apa yang baik dan tidak baik dikonsumsi oleh penderita autisme. Sejalan dengan bulan "Autis Awareness", Sun Hope menggelar seminar kesehatan dengan mengambil tema "Autiskah Anakku?". Dalam seminar yang diselenggarakan di Kantor Pusat Sun Hope Indonesia ini, menghadirkan pembicara dr Irawan Mangunatmadja, Sp.A(K).

Tanda - tanda Autisme

Kita dapat melihat tanda – tanda seperti
• Tidak bisa menguasai atau sangat lamban dalam penguasaan bahasa sehari-hari,
Hanya bisa mengulang-ulang beberapa kata,
• Mata yang tidak jernih atau tidak bersinar,
• Tidak suka atau tidak bisa atau atau tidak mau melihat mata orang lain,
• Hanya suka akan mainannya sendiri (kebanyakan hanya satu mainan itu saja yang dia mainkan),
• Serasa dia punya dunianya sendiri,
• Tidak suka berbicara dengan orang lain,
• Tidak suka atau tidak bisa menggoda orang lain.
Bila anak Anda mengalamai ciri tersebut, maka sebaiknya cepat konsultasikan pada dokter," sarannya.
Ciri lain yang dapat dilihat ialah anak memiliki gangguan interaksi sosial. Dengan kondisi demikian, anak sulit untuk diajak berkomunikasi. Tak hanya itu saja, lanjutnya, anak autis juga memiliki gangguan perilaku. "Ciri khas lainnya dari gejala autis ialah anak sering melakukan kegiatan yang berulang. Seperti mukul-mukul sendiri atau suka memutar diri sendiri yang dilakukan berulang kali," terangnya.

Penyebab Autisme.

Penyebab Autisme sampai sekarang belum dapat ditemukan dengan pasti. Banyak sekali pendapat yang bertentangan antara ahli yang satu dengan yang lainnya mengenai hal ini. Ada pendapat yang mengatakan bahwa terlalu banyak vaksin Hepatitis B yang termasuk dalam MMR (Mumps, Measles dan Rubella )bisa berakibat anak mengidap penyakit autisme. Hal ini dikarenakan vaksin ini mengandung zat pengawet Thimerosal, yang terdiri dari Etilmerkuri yang menjadi penyebab utama sindrom Autisme Spectrum Disorder. Tapi hal ini masih diperdebatkan oleh para ahli. Hal ini berdebatkan karena tidak adanya bukti yang kuat bahwa imunisasi ini penyebab dari autisme, tetapi imunisasi ini diperkirakan ada hubungannya dengan Autisme.

PENYEBAB ADHD

Gangguan perhatian dan hiperaktif atau ADHD ini merupakan salah satu gangguan yang dapat terjadi pada anak. Menurut penelitian, ADHD dapat terjadi melalui genetis. Faktor keturunan dapat menetukan seorang anak yang menderita ADHD. Selain itu, ADHD juga dapat dipengaruhi oleh ibu yang merokok. Merokok dapat membuat janin mengalami gangguan salah satu gangguan itu di antaranya ADHD. Kemungkinan lain yang dapat menyebabkan seorang anak menderita ADHD ialah cedera otak. Cedera otak yang berakibat penurunan aliran darah serebral dan kecepatan metabolisme di daerah lobus frontal juga menjadi faktor penyebab ADHD. Penggunaan stimulan, yakni meningkatkan katekolamin juga dapt menjadi penyebab ADHD. Penyebab lain juga bisa karena maturasi pertumbuhan yang tampaknya sementara. Kecemasan juga mampu menjadi penyebab ADHD pada anak. Kecemasan disini merupakan faktor psikososial pada ADHD. Misalnya, anak dalam suatu lembaga sosial seringkali overaktif dan memiliki rentang atensi yang buruk. Tanda tersebut dihasilkan karena pemutusan emosional yang lama, dan gejala menghilang jika faktor pemutus dihilangkan, seperti melalui adopsi. Kejadian fisik yang menimbulkan stress, suatu gangguan dalam keseimbangan keluarga berperan dalam awal atau berlanjutnya ADHD.

GANGGUAN DEFISIT PERHATIAN HYPERACTIVE

Gangguan deisit perhatian-hiperkativitas atau lebih sering disebut ADHD, memerlukan perhatian khusus dari orang-orang sekelilingnya. ADHD identik dengan anak yang nakal, untuk orang tua awam biasanya akan memberi label anaknya sebagai anak yang nakal, terutama biasanya dilakukan oleh guru terhadap muridnya yang ti dapat duduk dengan tenag dan mengganggu murid lainnya. Disini peranan orang tua begitu sangat penting. Sebab kemungkinan akan terjadi kesalahpahaman pada guru atas perilaku anak ADHD. Peranan orang tua disini bisa memberi penjelasan kepada guru anak ADHD supaya dapat menerti kondisi sang anak. Biasanya untuk dapat mengikuti pelajaran anak ADHD diberi peneganan secara medis. Penanganan secara medis disini menggunakan stimulan. Stimualn mencakup ritalin dan cylett. Obat-obatan ini mampu membuat criteria ADHD menjadi tenang. Pengobatanstimulan memiliki efek paradoksial yaitu menenagkan dan maningkatkan renatang perhatian ADHD. Dengan menggunakan obat tersebut tentu anak menjadi bisa duduk tenang. Dukungan lingkugan sekitar penderita ADHD juga diperlukan agar anak ADHD bisa nyaman dantidak mengalami kecemasan. Anak ADHD tidak tertarik pada permainan yang membutuhkan konsentrasi meeka lebih suka berlari kesana kemari .

DIAGNOSIS ADHD.

Diagnosa hiperaktifitas tidak dapat dibuat hanya berdasarkan informasi sepihak dari orang tua penderita saja tetapi setidaknya informasi dari sekolah, serta penderita harus dilakukan pemeriksaan meskipun saat pemeriksaan penderita tidak menunjukkan tanda-tanda hiperaktif, dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi saat pemeriksaan dan kemungkinan hal lain yang mungkin mejadi pemicu terjadinya hiperaktifitas. Pada beberapa kasus bahkan membutuhkan pemeriksaan psikometrik dan evaluasi pendidikan. Hingga saat ini belum ada suatu standard pemeriksaan fisik dan psikologis untuk hiperaktifitas. Ini berarti pemeriksaan klinis haruslah dilakukan dengan sangat teliti meskipun belum ditemukan hubungan yang jelas antara jenis pemeriksaan yang dilakukan dengan proses terjadinya hiperaktifitas. Beragam kuesioner dapat disusun untuk membantu mendiagnosa, namun yang terpenting adalah perhatian yang besar dan pemeriksaan yang terus-menerus, karena tidak mungkin diagnosa ditegakkan hanya dalam satu kali pemeriksaan.
Bila didapatkan seorang anak dengan usia 6 hingga 12 tahun yang menunjukkan tanda-tanda hiperaktif dengan prestasi akademik yang rendah dan kelainan perilaku, hendaknya dilakukan evaluasi awal kemungkinan
Untuk mendiagnosis ADHD digunakan kriteria DSM IV yang juga digunakan, harus terdapat 3 gejala : Hiperaktif, masalah perhatian dan masalah konduksi.

CIRI HIPERRAKTIVITAS- IMPULSIVITAS.

Untuk tipe hiperaktivitas-impulsivitas, pola perilaku kkhusus terbagi menjadi pola perilaku khusus hiperaktivitas dan pola perilaku khusus impulsivitas. Pertama akan dibahas tentang ciri hiperaktivitas. Pertama, sering gelisah dengan tangan dan kaki atau menggeliat-geliat di tempat duduk. Misalnya, pada saat makan bersama anak ini tidap duduk manis seperti anak pada umumnya, tubuhnya seolah tidak bisa dapat dihentikan dari gerakan-gerakan yang tidak perlu. Kedua, sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain dimana diharapkan tetap duduk. Mereka terus berjalan-jalan ketika guru berada dalam kelas. Ketiga, sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak tepat, misalnya saat dikelas guru sedang mengajar anak dengan tipe hiperaktivitas akan berlari-larian sementara anak lain duduk mendengarkan. Keempat, sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas waktu luang secara tenang. Anak dengan tipe hiperaktivitas tidak bisa melakukan permainan yang tenang. Kelima, sering siap-siap pergi atau bertindak seakan-akan didorong oleh sebuah motor. Keenam, sering bicara berlebihan. Selanjutnya untuk impulsivitas, sering menjawab tanpa pikir terhadap pertanyaan sebelum pertanyaan selesai, jadi ketika guru dikelas sedang mengajukan pertanyaan anak ini akan dengan cepat mengacungkan tangan sementara guru tersebut belum menyelesaikan pertanyaan. Sering sulit menunggu gilirannya, anak dengan tipe ini tidak bisa bila disuruh mengantre. Sering mengganggu orang lain, ketika orang sedang berbicara Ia akan memotong. Sering berteriak dikelas juga termasuk ciri dari pola perilaku khusus impulsivitas.

KRITERIA DISORDER ?

Ciri-ciri atau kriteria diagnosis Attention deficit-hyperactive disorder (ADHD) dengan tipe predominan tidak adanya perhatian atau tipe inatensi yang akan dijelaskan dalam artikel ini. Kriteria pertama anak sering gagal memberikan perhatian terhadap perincian atau melakukan kesalahan yang tidak berhati-hati dalam tugas sekolah, pekerjaan, atau aktivitas lain. Kesulitan anak dalam memusatkan perhatian membuat anak menjadi sulit memberiakn perhatian dalam hal perincian misalnya dalam menyelesaikan tugas sekolah Ia melakukan kesalahan karena perhatiannya yang tidak fokus terhadap tugas tersebut. Kriteria kedua sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan atensi terhadap tugas atau aktivitas permainan, akibatnya anak sering mendapatkan masalah karena tidak mampu melakukan aktivitas permainan atau tugas dalam sekolah. Kriteria ketiga sering tidak tampak mendengarkan jika berbicara langsung, anak tersebut tidak dapat memperhatikan orang yang sedang mengajaknya berbicara. Kriteria keempat sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan, atau kewajiban di tempat kerja (bukan karena perilaku opoposional atau tidak dapat mengerti instruksi). Maksud dari kriteria keempat disini karena sulit dalam memberikan perhatian anak jadi anak tidak dapat mengikuti instruksi yang diberikan. Kriteria kelima, sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas atau aktivitas. Ketidakmampuan dalam memusatkan perhatian membuat anak tidak dapat konsentrasi dalam menyelesaikan tugas, perhatiannya tidak dapat tertuju saja pada tugas. Kriteria keenam, sering menghindari, membenci, atau enggan untuk terlibat dalam tugas yang memerlukan usaha mental yang lama. Bagi anak ADHD tipe intensi sangat sulit untuk bisa memberikan perhatian penuh pada suatu tugas yang sangat membutuhkan konsentrasi sehingga anak dengan tipe inatensi tidak menyukai tugas yang memerlukan konsentrasi. Kriteria ketujuh, Sering menghindari hal-hal yang perlu untuk tugas atau aktivitas. Kriteria kedelapan, sering mudah dialihkan perhatiannya oleh stimuli luar. Kriteria kesembilan, sering lupa dalam aktivitas sehari-hari.

Gejala ADHD

ADHD ungkin memiliki gejala pada masa bayi. Bayi dengan ADHD peka terhadap suara, cahaya, temperatur, dan perubahan lingkungan yang dapat membuat bayi tersebut menjadi marah. Tetapi terkadang terjadi kebalikannya, anak-anak tenang dan lemah, banyak tidur, dan tampaknya berkembang lambat pada bulan-bulan pertama. Lebih sering untuk bayi dengan ADHD untuk bersikap aktif di tempat tidurnya, sedikit tidurnya, dan banyak menangis. Anak ADHD tidak dapat menurunkan aktivitas lokomotoriknya saat lingkungan terstruktur oleh batas-batas sosial. Anak ADHD tidak bisa menunggu giliran Ia selalu ingin cepat-cepat selesai begitupun dalam ujian sekolah. Begitupun di rumah merka tidak dapat diam, orang tua mereka harus benar-benar mengawasi mereka karena anak ADHD bisa melakukan tindakan yang tidak terkontrol seperti mengacak-acak isi rumah ataupun tindakan lain yang bisa membahayakan dirinya. Anak ADHD juga mudah sekali marah, dan mudah sekali tertawa atau menangis. Karakteristik anak-anak dengan ADHD yang tersering dinyatakan adalah, dalam urutan frekuensi, hiperaktivitas, gangguan motorik perseptual, labilitas emosional, defisit koordinasi menyeluruh, gangguan atensi, impulsivitas, gangguan daya ingat dan pikiran, ketidakmampuan belajar spesifik, gangguan bicara dan pendengaran. Kira-kira 75 persen anak-anak dengan ADHD hampir konsisten menunjukkan gejala perilaku agresi dan menentang.

PERJALANAN PENYAKIT ADHD

Perjalanan penyakit ADHD agak bervariasi. Gejala dapat menetap sampai masa remaja atau kehidupan dewasa, gejala dapat menghilang, tetapi penurunan rentang atensi dan masalah pengendalian impuls mungkin menetap. Overaktivitas biasanya merupakan gejala pertama yang menghilang dan distraktibilitas adalah yang terakhir. Remisi kemungkinan tidak terjadi sebelum usia 12 tahun. Jika remisi memang terjadi, biasanya terjadi anatar usia 12 dan 20 tahun. Remisi dapat disertai dengan masa remaja dan kehidupan dewasa yang produktif, hubungan interpersonal yang memuaskan. Masalah yang belum bisa dihilangkan yakni masalah belajar. Gejala ADHD pada 15 sampai 20 persen kasus masih tetap ada menetap samapai dewasa. Gangguan mungkin menunjukan penurunan pada hiperaktivitas tetapi untuk impulsivitas masih belum dapat dihilangkan. Namun , untuk tingkat pekerjaan mereka memiliki tingkat yang ama dengan orang yang normal. Anak-anak engan ADHD yang gejalanya menetap sampai masa remaja adalah berada dalam resiko tinggi untuk mengalami gangguan kondu

JENIS – JENIS PERMAINAN YANG BAIK SESUAI USIA

1. Umur 6 tahun, anak senang bermain loncat-loncatan dengan tali, main kucing-kucingan dengan teman-temannya, berlomba lari, atau naik sepeda roda tiga, lemparan-lemparan bola dan main sekolah-sekolahan.
2. Pada umur 7 tahun, anak senang mengumpulkan benda-benda kecil, dan pada masa ini anak sudah mulai menunjukkan sifatnya masing-masing. Anak laki-laki senang bermain perang-perangan atau berperang cowboy seperti apa yang pernah dilihatnya dalam film. Anak perempuan senang bermain boneka dan dengan boneka itu ia mulai senang membuat pakaian. Baik anak laki-laki mauopun anak perempuan senang main sekolah-sekolahan, ada jadi guru dan ada yang jadi muridnya dan kesenangan membaca buku mulai saat ini.
3. Umur 8-10 tahun, sudah ada unsur kerjasama anak dalam bermain, misalnya main kartu. Sebelum itu sifat ingin menang sendiri masih menonjol. Rencana untuk bermain mulai timbul. Kesenangan membaca, mendengar radio, menonton film dan keluar rumah bersama teman sebayanya tampak pada periode ini.
4. Pada umur 11-12 tahun, anak laki-laki senang dengan hal-hal seperti membongkar sepeda ataupun membuat mobil-mobilan sendiri. Sedang anak perempuan senang menjahit, menyulam dan memasak. Musik dan tarian
mulai pula disenangi pada masa ini.[6]
Dari setiap fase atau tahap perkembangan anak, terdapat permainan yang secara umum menonjol dan sering dilakukan serta disenangi oleh anak. Umur 6-7 tahun misalnya: anak senang bermain sekolah-sekolahan bersama teman-temannya yabng lain. Ada yang berperan sebagai seorang guru dan yang lainnya sebagai murid. Hal ini dapat membantu anak mengembangkan daya imajinasi dan fantasinya. Anak memainkan fantasinya bagaimana seorang guru mengajar di depan kelas, bagaimana seorang guru menghukum murid yang bandel atau yang suka mengganggu teman-temannya, dan sebagainya. Dan pada saat anak usia 8-10 tahun, sudah ada unsur kerjasama dengan teman-temannya, seperti bermain kartu. Hal tersebut membuat anak-anak belajar menghargai keunggulan orang lain dan belajar menyesuaikan diri dengan teman-temannya. Kemudian pada umur 11-12 tahun, sudah tampak bermain yang dilakukan oleh anak berdasarkan alat kelaminnya. Anak laki-laki senang membongkar sepeda, membuat mobil-mobilan dan menyukai alat-alat pertukangan. Sedang anak perempuan lebih menyukai memasak, menjahit dan menyulam. Ini akan membantu anak melaksanakan perannya sebagai seorang laki-laki dan seorang

Manfaat bermain pada perkembangan anak

Di samping penyaluran enersi yang berlebihan dalam permainan mereka dapat menyalurkan perasaan-perasaan yang terpendam. Perasaan terpendam dapat merupakan perasaan yang memang sulit disalurkan karena tidak ada obyeknya. Misalnya seorang anak tidak memenuhi adik untuk diajak bermain, maka dalam permainan dengan boneka atau alat-alat lain dapat mengalihkan perasaannya. Sebaliknya anak yang mempounyai perasaan terpendam, yang disadarinya sebagai suatu perasaan yang tidak dendam dan agresivitasnya. Misalnya anak merasa kesal terhadap ayahnya ia tahu bahwa ia tidak boleh menyatakan kekesalannya terhadap ayah. Kekesalannya mungkin disalurkan ke adik. Hal ini tentunya tidak membawa penyelesaian karena nanti ia akan dimarahi lagi. Melalui permainan, kekesalan ataupun agresivitasnya anak serta perasaan-perasaan terpendam lainnya dapat disalur-kan.
Permainan yang menyertakan dan melibatkan anak bersama teman-temannya juga mengandung segi-segi positif. Dalam hal ini Henry N. Siahaan mengemukakan bahwa:
Seorang anak membutuhkan teman bermain, karena teman itu dapat menolong, teman dapat memberikan apa yang mungkin diperoleh dari kedua orang tuanya yang mungkin sibuk. Seorang anak butuh teman bermain untuk saling mengenal, saling membagi hati, dan siap menjadi sepenanggungan, serta saling mengisi kekosongan masiong-masing.[5]
Dengan bermain bersama teman-teman, anak bisa berbagi dan berbicara dari hati ke hati tentang segala kesulitan, hal-hal yang ditakuti, kecemasan dan tentang segala harapan, demikian juga cita-citanya di masa yang akan datang. Di samping itu anak akan mengetahui dan mengenal kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya dan mungkin juga yang dimiliki oleh temannya sehingga mereka bisa saling mengisi kekosongan dan kekurangan masing-masing. Dengan menghargai dan mengindahkan hak-hak orang lain, menghargai keunggulan orang lain, dan pada waktu yang sama seorang anak belajar menyesuaikan diri dengan teman-temannya terutama pada awal pertama anak memasuki bangku sekolah. Secara psikologis, hal ini akan membantu anak mengatasi phobia sekolah, yaitu dunia asing yang dimasukinya setelah keluar dari lingkungan keluarganya. Sedang pada anak sekolah yang harmonis yaitu sekitar 8-10 tahun, hal tersebut membuat anak merasa tenang dalam menerima dan mencerna pelajaran yang diberikan.

Peran pendidik dalam masa perkembangan anak

Usia dini amat menentukan pertumbuhan dan perkembangan manusia selanjutnya. Sebab, pada usia ini dasar-dasar kepribadian anak telah terbentuk. Pada masa itu anak-anak mengalami salah satu krisis yang disebut krisis pembentukan dasar-dasar kepribadian. Jika pada masa itu mereka mendapat pendidikan yang benar akan terbentuk dasar-dasar kepribadian yang kuat. Sebaliknya, jika mendapat pendidikan yang salah maka akan terbentuk dasar kepribadian yang tidak baik. Usia dini sangat penting untuk meletakkan dasar-dasar kepribadian, yang akan memberi warna ketika seorang anak kelak menjadi dewasa. Pada saat ini terbentuknya dasar kemampuan penginderaan, berfikir, dan pertumbuhan standar moral juga berawal dan mecapai identitasnya pada masa ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa sikap, kebiasaan, dan perilaku yang dibentuk selama tahun-tahun awal sangat menentukan seberapa jauh seseorang berhasil menyesuaikan diri dalam kehidupan ketika mereka dewasa. Usia dini disebut sebagai masa kritis dan sensitif yang akan menentukan sikap, nilai, dan pola perilaku seseorang di kemudian hari dimasa kritis potensi dan kecenderungan serta kepekaan seseorang akan mengalami aktualisasi apabila mendapat rangsangan yang tepat. Namun apabila kesempatan emas ini terlewatkan maka perkembangan dan pertumbuhan anak tidak akan maksimal. Ketika anak memasuki usia sekolah dan mulai masuk sekolah, anak mulai mengawasi, dan mempercayai tindakan yang berada di sekitarnya. Terutama yang paling berpengaruh terhadap kecerdasan emosional anak adalah perlakuan guru terhadap anak usia dini apakah memotivasi mereka atau malah menurunkan keberanian dan kepercayaan diri anak usia dini. Pentingnya perilaku guru dalam mengendalikan perilaku emosional anak yang mengganggu temannya atau suasana belajar. Dimana guru mampu memberikan contoh yang baik dan arahan yang tepat bagi perkembangan kecerdasan emosional anak usia dini.

Over eksklusif??

over exklusif dimana seorang anak hanya terfokus pada sesuatu yang menarik perhatiannya tanpa mempedulikan hal lain secara ekstrem, pola ini disebut autisme. Kelompok dengan derajat sedang terjadi fokus perhatian anak mudah teralihkan. Perhatian hanya mampu bertahan beberapa saat saja oleh suatu rangsangan lain yang mungkin tidak adekuat. Hal ini dinamakan kesulitan perhatian (attention deficit hyperactivity disorder).
Definisi hiperaktifitas adalah suatu peningkatan aktifitas motorik hingga pada tingkatan tertentu yang menyebabkan gangguan perilaku yang terjadi, setidaknya pada dua tempat dan suasana yang berbeda. Aktifitas anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan yang ditandai dengan gangguan perasaan gelisah, selalu menggerak-gerakkan jari-jari tangan, kaki, pensil, tidak dapat duduk dengan tenang dan selalu meninggalkan tempat duduknya meskipun pada saat dimana dia seharusnya duduk degan tenang.. Terminologi lain yang dipakai mencakup beberapa kelainan perilaku meliputi : perasaan yang meletup-letup, aktifitas yang berlebihan, suka membuat keributan, membangkang dan destruktif yang menetap. ADHD juga ditandai oleh rentang perhatian yang buruk yang tidak sesuai dengan perkembangan atau ciri hiperaktifitas dan Impulsivitas atau keduanya yang tidak sesuai dengan usia. Untuk memenuhi kriteria diagnostik gangguan harus ada sekurangnya 6 bulan, menyebabkan gangguan dala, fungsi akademik dan social, dan terjadi sebelu, usia 7 tahun.
Bila terjadi peningkatan aktifitas motorik yang berlebihan pada seorang anak dibandingkan anak lain sebayanya, maka sering kali ’si-anak’ dikeluhkan sebagai hiperaktif oleh orang tuanya. Penilaian semacam ini sangat subyektif dan tergantung dari standar yang dipakai oleh orang tua dalam menilai tingkat aktifitas normal seorang anak. Anggapan bahwa si-anak ‘hiperaktif’ mungkin tidak tepat jika hanya karena si-anak menunjukkan tanda-tanda ‘nakal’ dan ‘bikin ribut’ pada saat tertentu tetapi secara keseluruhan menunjukkan aktifitas yang normal.

Solusi orang tua yang memiliki anak ADHD

Bagai mana Cara penangulangan bagi orang tua yang mempunyai anak yang Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Anak Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) orang tua serta guru di sekolah harus membantu mengembangkan kemampuan kognitif anak dan juga membimbing anak tersebut.
Sebelum seorang anak didiagnosis, frustrasi, menyalahkan, dan amarah mungkin telah membangun dalam keluarga. Tua dan anak-anak mungkin perlu bantuan khusus untuk mengatasi perasaan buruk.
Profesional kesehatan mental dapat mendidik orang tua mengenai ADHD dan bagaimana dampak sebuah keluarga. Mereka juga akan membantu anak dan orang tuanya baru mengembangkan keterampilan, sikap, dan cara-cara berhubungan satu sama lain.

Gejala dan Penyebab ADHD

Gejala dan penyebab yang terjadi pada Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
Seorang anak yang mempunyai Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) lebih dominan untuk melakukan hal-hal yg dikerjakanya sendirian. Susah untuk di ajak untuk berkomunikasi antar individu karena mungkin beraktivitas sendri.
terjadinya Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) mungkin disebabkan adanya gangguan atau kerusakan yang terjadi di dalam otak anak.
Terkadang orangtua yang anaknya Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) sulit sekali untuk mengatur dan juga mengawasinya. Karena dominant beraktivitas semaunya saja yang penting menyenangkan.
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) mempunyai factor yang menyebabkan anak tersebut adalah factor turunan ( genetic ), sosial dan juga lingkungannya.
Tidak hanya pada anak remaja dan dewasa pun bisa mempunyai Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Karena setiap individu tidak mau hanya duduk saja, dominan orang yang Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) mempunyai kesulitan untuk mematuhi suatu aturan dan bergerak dengan sendirinya.
Tidak ada satu tes yang dapat mendiagnosa mempunyai seorang anak ADHD. Dan seorang anak yang normal pun bisa saja terlihat seperti ADHD. Bahkan jika perilaku anak tampak seperti ADHD, mungkin tidak benar-benar ADHD; hati-hati memperhatikan proses diagnosis diferensial adalah wajib. Banyak kondisi dan situasi yang dapat memicu perilaku yang mirip ADHD. Sebagai contoh, seorang anak mungkin menunjukkan gejala ADHD bila mengalami:
• Sebuah kematian atau perceraian dalam keluarga, orangtua kehilangan pekerjaan, atau perubahan tiba-tiba .
• Terdeteksi kejang pada badannya.
• Adanya ganguan pada indra pendengaran.
• Mempunyai masalah pada pembelajaran di sekolah.
• Cemas akan sesuatu hal.
• Depresi akan sesuatu hal.
• juga pelecehan anak.
• Sulit untuk berfokus.
• Mudah bosan dalam melakukan suatu aktivitas dan hnya ingin bersenag-senang.
• Tidak mendengarkan orang berbicara dan sibuk pada aktivitasnya.

Apakah ADHD?

APAKAH ADHD ???
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah suatu ganguan yg terjadi di awal masa kanak-kanak sampai nanti dewasa. Gejalanya merupakan suatu aktivitas yang berlebihan di waktu senggang anak-anak. Ini bisa menyebabkan terjadi gnguan pada perkembangannya, sulit untuk tetap focus pada tujuan, dan juga kesulitan untuk mengendalikan perilaku-perilaku tertentu.
Dalam penelitian ADHD adalah yang paling sering dipelajari dan didiagnosis gangguan kejiwaan pada anak-anak, mempengaruhi sekitar 3 sampai 5% dari anak-anak dengan gejala global dimulai sebelum usia tujuh tahun. ADHD merupakan Common kronis kelainan pada anak-anak dengan 30 sampai 50% dari orang-orang didiagnosis pada masa kanak-kanak terus mengalami gejala sampai dewasa. Remaja dan orang dewasa dengan ADHD cenderung untuk mengembangkan mekanisme bertahan untuk mengkompensasi sebagian atau semua gangguan mereka.