Memasukan anak autis ke SD Umum

Peraturan Depdiknas tidak mensyaratkan penerimaan anak SD dengan ijazah TK. Tetapi TK sangat penting apalagi buat anak anak SN yang mau sekolah umum, sebab waktu TK lah pondasinya dibangun, bukan nilai akademiknya saja tetapi perkembangan daya pikir, perkembangan daya cipta, pengembangan dan pembentukan prilaku, perkembangan kemampuan dasar berbahasa dengan menyanyi, ketrampilan motorik halus dengan menempel gambar, menggunting dsb. juga keterampilan motori kasar dengan melompat, main plosotan dll. Semua itu termasuk terapi karena anak kami tidak ikut terapi khusus, jadi waktu di TK itulah kami anggap sedang terapi dan saya lihat banyak kemajuan yang dicapai sebagaimana yang ditulis dalam Laporan Perkembangan Anak Didik Taman Kanak Kanak setiap caturwulan/semester.

Sosialisasi juga bagus sebab waktu TK B Yansen sudah kenal nama nama temannya juga guru-gurunya, bahkan waktu Yansen Ultah ke 6 gurunya meminta dirayakan bersama-sama teman TKnya dan tempatnya disekolah. Di akhir acara ada foto bersama yang menjadi kenangan manis.

Waktu TK B Yansen sudah bisa matematika sederhana yaitu menjumlah dan
mengurangi yang juga diajarkan lewat gambar (mis 3 buah apel + 4 buah apel =
..........apel). Yang saya lihat anak kami sangat kuat memorinya jadi untuk
matematika dia jago. Untuk dikte satu kata bisa diikuti tapi kalau dikte kalimat ampun belum bisa. Bagaimana dengan tes IQ? Wah sulit sebab banyak perintah yang tidak diikuti, jadi hasilnya kecerdasan hanya 61 dan tes ke dua nilai kecerdasan 88.
Untuk anak SN tes IQ jangan jadi barometer, dan yang penting bisa ikuti dulu, dan ada kemajuan dan saya setuju sama ibu Ita jangan ditargetin nanti anak stres dan ortupun stres bisa berabe....kate orang betawi......

Tiga bulan menjelang masuk SD kami mulai persiapkan Yansen. Kami coba bawa
ke dr Dwijo di RS Graha Medika jadi setelah divonis autis oleh dr HP waktu umur 3 tahun kami ngak pernah bawa Yansen ke dokter sampai menjelang 6 thn kurang 4 bulan kami konsultasi dengan dr Dwijo. Melihat kemajuan Yansen Dr Dwijo menyarankan ikut terapi perilaku di kelompok smart miliknya waktu itu masih
di tanjung duren dan hanya 3 bulan terapi disana seminggu 3x, setelah itu kami kembali ketemu dr Dwijo dari hasil terapi yang telah dilaporkan kesimpulannya Yansen sangat banyak kemajuan. Puji Tuhan tidak ada yang mustahil bagiNya.

Walaupun demikian tidak berarti semua beres sifat autistic yang masih menempel adalah tingkah lakunya yang belum terkendali menjadi kendala dan pergumulan kami sampai hari ini (kalau masuk rumah orang ngak peduli punya siapa langsung terobos
sampai ke kamar dan semua ruangan maksudnya untuk observasi tapi melanggar
tata kesopanan). Ini pergumulan kami yang masih harus diperjuangkan. Mungkin ada yang bisa bantu kami cara terapi perilaku yang cespleng. Kalau ke supermarket barang yang diobservasi itu elektronik, semua dipegang, diperhatikan merknya, cara mengoperasikanya sambil baca manualnya bahkan kalau bisa setiap unit mau dicobanya dengan menghubungkan ke listrik dan switch on kemudian dimatikan di on lagi dimatikan, baru puas.

Waktu disodorkan formulir isian ditempat terapi, ada beberapa pertanyaan dan
yang menarik adalah pertanyaan APA HARAPAN ANDA terhadap anak anda setelah ini???? pilihannya adalah sbb:


* menjadi normal seperti anak anak umumnya
* asal bisa mengikuti pelajaran di sekolah umum
* bisa bersosialisasi dan mandiri setelah tidak didampingi ortu
* tidak mentargetkan apa apa asal ada kemajuan sebesar apapun diterima.



Mau tahu pilihan kami adalah yang a sebab kami berjalan berdasarkan imam Allah menciptakan manusia sempurna, jadi ada ketidak sempurnaan harus ditolak (ini bagian imam dari umat yang percaya kepada penciptaNya) Allah Maha Kuasa dan tidak ada yang mustahil bagiNya. Jadi kalau begitu yang tidak normal bisa jadi normal.

Hal-hal yang penting dalam hal mencari sekolah adalah sbb:


* jangan cari sekolah yang favorite karena biasanya peraturannya ketat
* cari sekolah yang cukup memadai saja, tetapi yang mau mengerti dan kerja sama
* jangan sekali-sekali berbohong tentang keadaan anak tapi jujur sajalah
* Persiapkan mental untuk menghadapi berbagai masalah yang bakal dihadapi berkaitan dengan tingkah laku anak waktu masuk sekolah umum, sebab yang namanya umum itu tidak ada perlakuan khusus.



Kalau kami waktu daftar, Yansen dibawa serta, saya tunjukin di hadapan kep-seknya, saya ceritakan anak saya aktif nanti kalau diterima saya minta duduk di depan dan diperkenalkan guru yang akan menjadi wali kelasnya. Ketika lihat Yansen gurunya itu tanya sudah bisa baca, karena dia sedang baca koran kompas. Yansen ditunjukin head linenya wah langsung dilahap sama Yansen berikut beritanya dan beliau langsung tertarik eh sudah pinter ya bacanya, sini ikut ibu terus disuruh baca yang lainnya, dikasih matematika semua bisa Yansen jawab dan tentunya diterima.

Tetapi diterimapun bukan semua mulus, sebab baru permulaan /awal perjalanan. Yang penting adalah bagaimana anak anak kita yang SN ini bisa diterima tidak hanya oleh kep sek, tidak hanya guru, tetapi juga teman teman sekelasnya bahkan orang tua murid. Itu lah MASALAH, RUMIT yang utama tentu saja.

0 Response to "Memasukan anak autis ke SD Umum"

Posting Komentar