Persiapan masuk TK anak autis

Waktu anak kami berumur 3 tahun belum bisa bicara. Setelah ketahuan AUTIS, kami mulai berpikir bagaimana mau sekolah, jadi kami memutuskan tidak masuk ke play group dulu seperti kakaknya waktu 3 tahun, tetapi kami berusaha mempersiapkan masuk TK, dan ternyata melalui pergumulan yang sudah kami ceritakan sebelumnya, menjelang umur 4 tahun semua sudah lancar, yaitu vokalnya jelas dan bahkan bisa baca dan tulis angka maupun huruf, hasil terapi sendiri melalui visualisasi, tinggal masalah tingkah laku yang belum terkendali.

Karena kami yakin anak kami secara akademis bisa, maka kami putuskan masuk TK umum. Kami cari yang paling dekat rumah, sebab kami baik papa maupun mamanya tidak bisa mendampingi waktu anak sekolah karena kami masing masing kerja. Kebetulan di sebelah rumah saya ada TK jadi kami daftarkan saja. Selain pengurusnya kenal karena tetangga sehingga pengasuhnya bebas keluar masuk untuk menemani dan mengawasi Yansen dan mengetahui perkembangannya, serta komunikasi dengan guru-gurunya pun lancar karena sudah familiar.

Jadi untuk Tk tidak ada masalah, karena bukan program sekolah formal. Makad ari itu, saran saya, kalau bapak ibu mau masukan anaknya ke TK carilah yang paling dekat rumah dan pengurusnya familiar, supaya informasi cepat sampai ke kita sebagai ortu dan kalau ada masalah cepat teratasi karena aksesnya dekat. Pengasuh Yansen bukan terapis cuma kami terus kasih input untuk penanganan anak Autis dari informasi-informasi yang kami dapat dari berbagai sumber, jadi bener-bener praktisi amatiran.

Soal makanan kami perhatikan dan menghindari gluten,casein. Vetsin sudah tidak
ada di dapur kemudian juga gula sangat mempengaruhi aktifnya anak, susu dan
terigu juga hilang dari menunya Yansen. Kami juga menghindari jajanan dan 90% masak sendiri oleh pengasuhnya, kami hanya kasih uang belanja secukupnya, kalau ada kekurangan baru ditambah, misalnya beli ayam kampung dan buah buahan.
Rupanya Yansen suka buah buahan hampir semua doyan terutama yang mahal-mahal
seperti anggur, apel, strawbery, palm, pear kecuali durian wah yang satu ini dipaksa pun akan dikeluarkan dari mulutnya.

Pada waktu balita Yansen susah minum obat, apalagi yang pahit dan pekat sekali baunya, jadi kalau deman atau pilek pakai obat sirup yang rasanya dia suka. Tidak ada suplemen yang kami kasih maupun obat penenang hiperaktif semacam risperdal atau kawanannya, DMG pernah dikasih waktu mula-mula terdeteksi atas saran dr HDP tapi itupun sudah dihentikan karena susah tidur dan tambah aktif.

Kondisi di rumah jangan ditanya seperti kapal pecah tiap hari, ngak bisa rapi sebab apa yang dikeluarkan dituang ke lantai dan tidak mau orang lain yang membereskan. Jadi harus dia yang melakukan dan pengasuhnya hanya mengawasi agar dia tidak menjamah barang yang berbahaya, sebab Yansen suka main alat listrik dan bahkan colok steker ke stop kontak. Waduh tidak gampang menjaganya, meleng dikit bisa kecolongan ha ha ha. Siapa bilang ngasuh anak SN lebih gampang hayo ???

Rutinitas menjadi bagian yang belum bisa dilepaskan waktu itu. Nyalakan AC harus dia yang lakukan, kalau ac sudah nyala dan bukan Yansen yang on kan malam itu jadi masalah. Pokoknya dia tidak bisa terima walaupun dimatikan dulu setelah itu baru dia nyalakan lagi. Maunya dari awal bagian dia tidak boleh terjamah yang lain. Coba rasakan nangisnya sampai lewat tengah malam, sampai dia cape baru tertidur. Besok ingat lagi mulai ngadat lagi. Siapa yang kuat, ayo coba satu malam saja !

Inilah sedikit menelusuri liku liku mendidik anak SN. Kadang kami merasa cape, lelah dan tidak tahu harus berbuat apa. Pada saat kondisi begini kami masuk “pemberhentian” mencari saat teduh, sehingga rohani kami dicharge untuk merenungkan Firman Tuhan yang dapat menjadi sumber kekuatan kami.

0 Response to "Persiapan masuk TK anak autis"

Posting Komentar