saat anak autis memasuki masa puberitas

Beberapa bulan menjelang ujian akhir usia anak kami hampir genap 12 tahun. Dia selalu ingat hari jadinya dan minta dibelikan kue tart Ultah, dan tepat tgl 19 Mei 2006 kami rayakan sederhana di rumah. Kami baru sadar anak kami sudah menginjak remaja, dimana sudah terjadi perubahan secara fisik secara alami. Suarapun berubah, dimana bagian alat kelaminnya sudah mulai tumbuh bulu halus.

Kami mulai mengajarkan Yansen tentang pertumbuhan seorang anak menjadi remaja dan ciri ciri yang terjadi pada dirinya. Satu hal yang berhasil adalah Yansen mulai mengerti bahwa dia bukan anak anak lagi. Ini bisa dibuktikan saat kami mengajarnya harus menutup alat kemaluannya dengan handuk saat keluar dari kamar mandi. Selama ini memang Yansen sudah biasa mandi sendiri tetapi kadang kadang masih suka nyelonong keluar bugil untuk mengambil sesuatu, eh ternyata sekarang dia ngerti dan ngak pernah lagi nyelonong bugil. Kami hanya perlu beberapa kali ingatin bahwa dia sudah remaja, jadi alat kemaluan jangan dipamerkan. Namanya alat kemaluan jadi malu kalau sampai terlihat orang lain, itu tidak sopan, dan ternyata berhasil.

Dan ketika Yansen melihat kakaknya yang cewe mengalami pertumbuhan di dadanya,
diapun bisa tanya Kok ciecie ada nen nen ya??. Kami beri penjelasan, kalau perempuan akan tumbuh dadanya sebagai bagian tubuh wanita yang nanti menjadi tempat produksi susu. Yansen kan dulu minum susu mama juga ayo ingat ngak?? Yansen tertawa cekikikan, mungkin lucu menurut pikirannya.

Kami sangat paham tidak gampang untuk mendidik seorang anak SN yang sedang menginjak masa puber. Perkembangan hormon dalam tubuhnya yang menyebabkan perubahan yang drastis, sehingga banyak hal yang dia ingin tahu dan dia mulai cari tahu. Mulai dengan memegang-megang alat kelaminnya yang mulai membesar ukurannya. Selama dia tidak memamerkan di tempat umum kami tidak kawatir dengan kelakuannya sebab kami anggap wajarlah mungkin dia sedang bergejolak akibat pertumbuhannya, dimana mukanya pun mulai tumbuh jerawat.

Hal yang lebih mengkhawatirkan adalah Yansen mulai suka memeluk teman temannya yang laki laki, bahkan dia mulai tertarik dengan lawan jenisnya. Orang orang yang melihat tingkah lakunyapun berkomentar, wah Yansen lagi puber nih, makanya yang mengawasinya agak kewalahan. Di sekolahnya ada beberapa orang teman yang suka diganggu, maksudnya kalau ketemu dia mau peluk. Ada anak laki laki namanya Hendrik, orangnya gemuk dan rupanya Yansen suka peluk dia karena Hendrik risih tetapi tidak bisa tegas menolak saat Yansen mendekat kepadanya maka dialah yang jadi objek mainan Yansen tiap hari. Kabarnya Hendri cengeng beberapa kali sampai nangis. Dan kalau yang wanita yang Yansen suka itu Desy. Kalau ketemu, Yansen pasti mendekati dan mau pegang pegang dan reaksi Desi, saat Yansen mendekati dia adalah: iyiiiieee sambil menghindar. Rupanya Yansen suka dengan sikapnya dan respon iyiiiee nya sambil menghinda itu. Kedua orang anak itulah yang paling banyak diganggu dan untung tidak satu kelas.

Kami mulai menyelidiki dan guru-gurupun tahu kok aneh Hendrik dan Desi yang menjadi sasaran Yansen, sedang yang lain tidak. Akhirnya kami ketemu jawabannya rupanya yang lain kalau Yansen coba peluk atau pegang, mereka TEGAS menolak dan berkata: “hus jangan ganggu!!” hasilnya Yansen mundur dan cari sasaran yang lain, sedangkan respon Desi tidak tegas sehingga Yansen ingin mengulangi terus.

Karena mama Yansen yang sehari-hari menemani di sekolah, maka semua informasi dan laporan datang kepadanya, maka mamanya mulai memberitahukan cara untuk menolak Yansen kalau dia coba mengganggu. Harus TEGAS dan Yansenpun kami tegur dan ingatin terus untuk bersikap sopan dan tidak mengganggu yang lainnya, akhirnya berhasil dan belakangan Desi dan Hendrik sudah tidak pernah diganggu lagi.

Selanjutnya Yansen mulai tertarik bagian tubuh wanita terutama bagian pegunungannya. Mungkin dia terobsesi beberapa kali pernah menyenggol nen nen mamanya saat mau tidur dan dia berkomentar nen nen mama lembut ya. Yansen masih tidur sekamar dengan kami padahal kami sudah buat kamar untuk dia, tapi dia ngak mau tidur di kamarnya sendiri. Ketika kami tanya alasannya dia jawab kayak penjara. Memang kecil ukuran 1,8 X 2,2 M hanya muat ranjang single yang ada lemari dibagian kepalanya dan meja belajar,dan kalau dia duduk di ranjang langsung berhadapan dengan meja belajar. Sadar anak kami sedang puber maka kami harus extra hati hati dalam melakukan segala sesuatu di rumah. Pernah kepergok Yansen mengintip PRT mandi di ruang cuci pakaian, memang pintu ditutup tapi Yansen rupanya mengintip di balik hordeng. Kami sudah berkali kali melarang Mbaknya mandi disitu tapi dicuekin dan setelah itulah kami benar-benar melarang PRT mandi disana. Pernah juga Yansen yang menunggu giliran mandi, karena terlalu lama menunggu menggedor pintu kamar mandi dimana ciecienya sedang mandi. Tiba tiba pintu terbuka dan sempat terlihat Yansen dan berkomentar nen nen ciecie, sambil cekikikan.

Mulai saat itulah Yansen terobsesi dengan bagian pegunungan seorang wanita. Di sekolah ada temannya yang pernah dipegang-pegang Yansen bagian gunungnya, setelah kami dapat laporan dari teman cewenya itu, kami sudah berusaha mengajar Yansen tentang alat alat reproduksi seorang wanita termasuk fungsi payudara dan bagaimana sopan santun untuk tidak boleh menyentuh bagian tubuh seseorang terutama bagian yang sangat sensitif karena tidak sopan.

Dan untuk anak SN harus diingatin terus, berulang ulang. Dan sulitnya di depan kami saat kami ajarkan dengan sabar dan lembut, Yansen responnya manis: “ya, Yansen tidak lakukan lagi.” tapi dia bisa ulangi lagi dan ulangi lagi. Makanya kami HARUS TEGAS dan agak dikerasin (tidak bisa longgar).

Yansen bahkan makin tertarik melihat penampilan seorang wanita. Hal ini bisa kami lihat dia selalu memilih baju tidur untuk mamanya. Tiap hari sebelum mamanya mandi dia sudah siapkan, mama pakai baju ini, kemudian senyum-senyum puas kalau mamanya memakai pilihannya. Karena kami melihat tingkat lakunya sudah seperti seorang pria dewasa, maka kami memutuskan Yansen tidur sama papanya dan ciecienya tidur dengan mamanya. Untuk menghindari obsesinya tentang payudara seorang wanita yang mungkin tidak sengaja tersentuh atau terlihat olehnya.

Kemudian saat yang ditunggu anak-anak kelas 6 tiba yaitu Ujian Akhir Sekolah. Persiapan Yansenpun seadanya, karena obsesinya tentang nen nen tadi sangat mengganggu konsentrasi belajarnya. Sering kalau dia ingat dia nyeletuk nen nen si anu nen nen si anu lalu tertawa meresapi apa yang sedang dia imajinasikan.

Hal itulah yang kami tidak mau, dia ada didalam dunianya sendiri dan kami berusaha supaya Yansen tidak terlarut dalam dunianya. Untung saat ujian Yansen bisa mengerjakan soal-soal dengan baik sesuai dengan waktu ditentukan. Kami menjanjikan Reward Kalau lulus, Yansen boleh ke Palembang.

Ada cerita lucu saat ujian matematika. Karena yang jaga bukan guru dari sekolahnya, maka merekapun tidak kenal Yansen. Ceritanya waktu ujian mat habis dan bell berbunyi Yansen nyeletuk belum selesai dan dia bertahan di mejanya dan terus menyelesaikan. Guru pengawas akhirnya memberi waktu 5 menit tetapi akhirnya wali kelasnya masuk dan mengambil kertas ulangan yansen untuk diserahkan kepada pengawasnya. Terakhir guru pengawasnya tahu Yansen anak SN, mereka paham dan berkenalan dengan Yansen.

Sebelum libur sehabis ujian, sekolahnya mengadakan perpisahan di Taman Cibodas Puncak dan acara Happy ending ini diikuti seluruh murid. Ada beberapa ortu murid ikut termasuk mamanya Yansen. Acara perpisahan ini menorehkan memori yang indah dimana anak-anak terlepas sesaat dari beban belajar dan boleh santai. Dan saat malam api unggun mereka saling merangkul dan saling minta maaf. Yansenpun bisa minta maaf kepada Hendrik dan Desi yang selama ini selalu diganggu dan mereka semua bebaikan dan menerima Yansen dengan suka cita, bermain dan berfoto bersama.

Ada yang mengagetkan, saat Yansen berjalan bersama mamanya didaerah perbukitan taman cibodas sambil berangkulan, ada pengunjung yang nyeletuk: “rasanya dunia ini milik berdua.” jadi mereka mengira Yansen sedang berpacaran dan mamanya adalah pasangannya. Memang ternyata Yansen sudah besar dan lebih tinggi dari mamanya, dan waktu berlalu tak terasa. Anak kami Yansen tumbuh menjadi seorang remaja.

Pada saat libur seminggu sebelum ke Palembang, pas malam minggu Yansen mengajak main ke Time Zone. Karena sudah lulus dan tinggal menunggu cap 3 jari untuk ijazah, maka saya setuju malam itu boleh ke mall sekalian makan malam dan kemudian anak-anak main Time Zone. Siangnya, mamanya laporan kalau tadi Yansen ngomong nen nen mbak Karni dan memegang payudara PRT tersebut, makanya sebelum berangkat ke mall saya panggil Yansen: “sini sen tadi Yansen berlaku kurang sopan sama mbak Karni. Boleh ngak Yansen lakukan?” jawabnya: “ngak lagi”. Terus saya bilang minta maaf sama mbak Karni, dia nurut dan lakukan, maafin Yansen ya mbak. Terus saya ngomong:”Janji Ya sen Papa ngak mau Yansen ngomong nen nen siapapun dan jangan pegang-pegang nen nen siapapun, nanti papa hajar kamu”. Dan mamanya tambahin kalau ngomong-ngomong nen nen lagi ngak jadi ke Palembang. Jawabnya manis:”ya Yansen ngak lagi”. Dia tambah lagi harus kendalikan diri dan harus sopan. Cobaaa jawabannya kan manis sekali.

Pada saat perjalanan ke mall, eh ternyata Yansen ngomong lagi nen nen mbak karni, sambil ketawa. Kami kembali menegurnya. Kalau Yansen belum bisa mengendalikan diri kita pulang, tidak usah ke Time Zone. Kemudian Yansen jawab ngak lagi, tidak boleh ngomomg nen nen ,ngak sopan ya.

Nah saat kami jalan-jalan di mall setelah makan eh rupanya Yansen teringat lagi obsesinya tadi, dia nyeletuk, nen nen mbak karni, sambil tertawa tawa, nen nen Novi, sambil cekikikan asik sendiri. Makanya mamanya tegur dia, kok ngomong nen nen lagi? kan yansen sudah janji, awas kalau ngomong lagi mama jewel mulutnya.

Ternyata ngak lama kemudian dia ulangi lagi, ngomong lagi sambil tertawa. Karena dilarang tidak bisa, akhirnya mamanya mencubit pipinya. Reaksinya dia malah melawan dan dengan gregetan mau balas dan menjamah nene mamanya sambil meremes. Saat itu tangannya ditepis mamanya, kemudian berkata ke Palembang batal saja. Melihat mamanya marah Yansen minta maaf dan mencoba menawar hukuman lain tapi ke Palembang jangan batal. Mamanya bilang tidak bisa, dan kami memang
sepakat kalau mama bilang tidak bisa kemudian si anak berpaling kepada papanya jawabannya sama. Kasus ini sekaligus menjadi test case untuk membaca kemampuan berpikir yansen, ternyata otaknya jalan, dia kemudian mengajukan penyelesaian kasusnya karena merasa bersalah, dan berkata ke Palembang jangan batal, hukum yansen saja pa. Dan kami harus tega untuk melakukan hukuman lain itu.

Sebenarnya kami memang tidak bermaksud membatalkan perjalanan ke Palembang karena itu janji kami kalau Yansen lulus. Tapi karena Yansen berbuat aneh aneh kami coba ancam dia dengan hal lain. Tetapi setelah menginjak umur 12 tahun ancaman tidak mempan lagi, bahkan Yansen bisa nego memilih dihukum daripada membatalkan apa yang menjadi keinginan favoritnya.

Sampai saat ini kami masih terus belajar untuk dapat mendidik anak kami dengan baik. Bagaimana mendidik anak spesial kami saat bertumbuh menjadi remaja, apalagi menghadapi masa pubertas. Kami baru sadar hukuman fisikpun tidak efektif lagi, bahkan Yansen punya senjata untuk meluluhkan hati kami saat kami mau menghukumnya.

Ketika tiba waktunya berangkat ke Palembang, maka saya mempersiapkan tiket untuk 3 orang mama, Yansen dan Yani serta ikut pula ketiga sepupunya 3 orang. Yansen dapat menikmati liburannya selama 2 minggu di kampung mamanya dan kembali ke Jakarta menjelang masuk Tahun ajaran baru dimana Yansen terdaftar sebagai murid kelas 1 SMP.

1 Response to "saat anak autis memasuki masa puberitas"

  1. quashiejace says:
    3 Maret 2022 pukul 15.36

    No Deposit Casinos 2021 - Dr.MCD
    For example, 목포 출장마사지 the average bonus 거제 출장안마 and free 광주 출장안마 spins are $60 and $10 each. The bonuses on most casino sites are just 속초 출장안마 as generous, even 서산 출장샵 if they have more games

Posting Komentar