Cara mempertahankan eksistensi anak autis di sekolah umum

* mempersiapkan anak kita dengan kemampuan mengikuti kurikulum umum
* mempersiapkan mental baja orang tua sendiri (sebab kemungkinan problem
sangat potensial)
* berani membayar harga/berkorban demi kemajuan anak (siap terima kritik, keluhan,omelan)
* tetap realistis dan bisa menerima kenyataan apapun hasilnya (jangan ngotot
mau sempurna)
* menjalin hubungan baik dengan semua pihak yang berkompeten.



Setelah anak SN diterima disekolah umum, bukan berarti semua beres, justru setiap waktu selanjutnya adalah pergumulan dan perjuangan panjang untuk mengawal dari awal sampai bisa mandiri (kalau bisa), melalui jalan berliku liku, disertai cucuran keringat, urut dada, kerutan kening, muka merah, muka pucat pasi, bahkan linangan air mata.

Saat masuk SD walaupun secara akademik Yansen bisa mengikuti, tetapi tingkah lakunya yang special masih nempel. Bayangkan pertama masuk ada upacara bendera anak anak semua berbaris teratur, anak kami cuma bertahan berdiri di tempatnya sebentar kemudian keliling-keliling. Memang dia tidak ganggu anak anak yang lagi upacara tapi kelakuannya membuat kami ortunya urut dada. Bagaimana ngak? apa yang terjadi sangat mengganggu suasana. Setelah Yansen masuk kelas, kami langsung dipanggil Kep Sek. Beliau langsung bilang kalau begini terus ngak bisa nih, kenapa waktu daftarkan anak bapak ngak cerita ??? Kami jawab kan waktu itu anaknya saya bawa bapak kan sudah lihat langsung dan setelah kami diinterogasi lalu diberi kesempatan. Waktu itu saya ngomong "Pak tolong beri kesempatan belajar disini, saya jamin anak saya ini makin hari makin baik".

Hari pertama berlalu, kami masing masing pergi kerja dan Yansen ditunggui pengasuhnya di sekolah sampai pulang (selama 2,5 jam tiap hari).

Hari-hari selanjutnya adalah pergumulan kami antar anak ke sekolah tunggu
sampai dia masuk kelas. Mereka harus berbaris dulu, karena sekolahnya bukan sekolah favorit jadi agak longgar ortu boleh menunggu anaknya didepan kelas berbaris sampai masuk kelas, setelah itu kami pergi kerja dan tugas jaga Yansen didelegasikan kepada pengasuhnya yang datang ke sekolah sambil bawa makanan Yansen yang dimasaknya sendiri. Kami hanya bisa berdoa Tuhan tolong anak kami
supaya dia tidak berulah aneh aneh dan menjadi berkat buat teman temannya.
Selama bulan pertama walaupun selalu ada saja problem tapi bisa diatasi oleh pengasuhnya yang setia menungguinya.

Masuk bulan kedua ternyata terjadi penggantian guru kelas, dimana guru Yansen yang sebelumnya cuti melahirkan masuk kembali dan beliaulah yang memegang kelas Yansen. Jadi suasanapun berubah lagi, hanya seminggu beliau berhadapan dengan Yansen dia ngak tahan karena belum paham kespesialan anak kami. Kabarnya sampai menangis karena tidak bisa menegor Yansen sebab dia cuek sekali dan tidak takut sama guru. Jadi kamipun kembali dipanggil Kep Sek dan berserta gurunya, inti pembicaraan kami diminta untuk cari sekolah lain, tapi kami ngotot dan bertahan dengan sejumlah argumentasi. Dan untuk kedua kalinya kami diberi kesempatan. Tetapi begitu masuk bulan ketiga gurunya ada masalah lagi. Alasannya Yansen sering keluar kelas pada saat pelajaran dan itu kenyataan yang kami tidak bisa sangkal. Karena begitu tugas yang diberi selesai dikerjakan dia pasti ngak betah duduk manis dan kejadian meninggalkan kelas tidak bisa dicegah.

Dipicu oleh masalah Yansen yang ngamuk karena diganggu anak anak yang nakal dan usil yang mengakibatkan Yansen berteriak teriak di kelas, ,maka kamipun dipanggil untuk ketiga kalinya. Dan kali ini pihak sekolah sudah sepakat meminta kami pindah begitu caturwulan pertama, dan pihak sekolah bersedia mengembalikan uang pangkal yang pernah bayar.

Waktu kami menghadap sidang guru-guru dan Kep Sek, kami menolak dipindahkan
catur wulan 1 dan kami minta diberi kesempatan sampai satu tahun dengan kesepakatan kalau Yansen bikin masalah sebelum tahun pelajaran berakhir tidak ada kompromi lagi. Dan kamipun menerima syaratnya walaupun dengan linangan air mata.

Hal yang bisa kami lakukan adalah berdoa, berdoa dan berdoa tidak ada yang lain, dan disini kami saksikan bahwa kuasa doa itu dasyat. Tuhan mendengar doa-doa kami, kemudian membuka jalan dimana kami bisa menjalin hubungan dengan wali kelasnya kami ke rumahnya, dan meminta beliau memberikan les kepada Yansen sehabis pulang sekolah, dan mengambil tempat di rumah kami dan ternyata gurunya senang. Anak anak yang lain juga ikut les dirumah kami dan hubungan baikpun terjadi antara kami, gurunya dan juga teman temannya,bahkan dengan sesama orang tua murid karena sering antar anak ke rumah kami.

Tuhan itu baik. Untuk selanjutnya Yansen menjadi primadona di sekolahnya. Dia dikenal tidak hanya teman-teman kelas satu tetapi semua murid kenal Yansen dan mau bersahabat dengannya, mau membantunya,dan menjaga orang yang mau mengganggunya bahkan guru-gurunya semua senang dengan anak kami. Mereka berebut minta cium kalau Yansen masuk ke kantor guru. Sampai-sampai ada orang tua yang bertanya apakah Yansen itu cucunya yang punya yayasan kok bebas keluar masuk kantor guru dan semua guru mengenalnya dan memperlakukan dia dengan baik. Akhirnya guru gurunya mengerti bahwa yang bermasalah itu bukan Yansen tetapi ada anak anak yang nakal yang suka ganggu Yansen sehingga dia bisa ngamuk dan berulah dikelasnya.

Karena kemurahan Tuhan, Yansen diberi kemampuan akademis bahkan untuk pelajaran tertentu dia lebih unggul dari teman temannya. Ditambah hubungan yang baik antara kami dan guru-guru, maka Yansen diberi kesempatan tetap belajar disekolahnya.

0 Response to "Cara mempertahankan eksistensi anak autis di sekolah umum"

Posting Komentar