Dinamika perkembangan anak autis saat kelas 5 SD baik jasmani, jiwani dan rohani.

Saat yansen kelas 5 secara fisik pertumbuhannya cepat sekali, bahkan tingginya mencapai 165cm dengan berat 65 kg, jauh melebihi mamanya. Makannya kuat sekali karena asisten khusus mamanya yang mengurus Yansen memberi makan pagi, di sekolah istirahat 1 dikasih snack, istirahat ke 2 dikasih makan bekal yang dibawah dari rumah, pulang sekolah dikasih makan lagi, malam sekali lagi …….
Kalau ngak diketatin bisa tak terbendung, makanya mamanya mengetatkan makanannya, pagi minum jus buah yang dirotasi, siang kalau sudah makan di sekolah, pulang sekolah tidak makan, dan malam baru dikasih makan lagi. Menu tetap menghindari casien, gluten, pewarna, pengawet, pelezat, gula pasir, dkknya. Hasil dari pengetatan makanan nyata sekali. Yansen menjadi langsing, tidak gendut kayak papanya.

Kematangan secara jiwanipun juga terlihat baik pikiran, perasaan dan kehendak. Bisa menerima logika, sebab akibat, tidak bertahan pada kehendak sendiri, bisa menerima alasan yang lawan bicara sampaikan, dan tidak ngamuk lagi bila sesuatu yang dia mau tertunda kalau alasannya bisa diterima. Contohnya saat frekwensi makanan dikurangi, Yansen responnya bagus, malah sering dia pakai alat jogging di rumah dan berkomentar Yansen mau langsing ya, wih sudah tahu penampilan rupanya anak kami yang special ini.

Secara rohanipun perkembangannya cukup baik, Yansen sudah bisa mimpin doa di depan kelas. Sebelum makan dia kami ajarkan berdoa agar Tuhan menguduskan makanan dan minumannya, mensyukuri setiap berkat yang diterimanya sebab kalau Yansen minta sesuatu yang nilainya agak besar kami minta dia berdoa dulu, dan kalau mimpinya tercapai bisa mengucap syukur dan terima kasih kepadaNya. Kalau dia sakit atau sedang ada problem, Yansen bisa berdoa minta kesembuhan dan minta pertolongan Tuhan, bahkan kalau ortu sakit, atau guru gurunya sakit sering kali minta Yansen yang doakan, dan terkadang tanpa kita minta, diapun bisa berdoa Tuhan sembuhkan mama, kalau mamanya bilang mama sakit, tidak bisa temanin Yansen.

Kalau ada temannya yang tidak masuk, wah Yansen sibuk dan terus bertanya, kenapa si anu ngak masuk?? mulai dia cari tahu ,menghampiri meja gurunya, apakah ada surat pemberitahuan ortunya, kalau ngak dia gelisah, dan begitu sampai di rumah, Yansen langsung bikin surat pemberitahuan ditujukan kepada wali kelas atas nama ortu murid, makanya kalau ada ortu murid datang ke sekolah Yansen sering mengajak berkenalan, dengan gaya yang akrab merangkul pundaknya dan bertanya "ini mama siapa"?? dan para ortupun melayani dengan ramah, tidak heran Yansen menjadi primadona di lingkungan sekolahnya. Kalau Yansen sempat beberapa hari tidak masuk, semuanya kesepian.

Waktu naik kelas 5 yang mendampingi Yansen di sekolah adalah asisten khusus mamanya yang ditugaskan memantau semua kegiatan belajar dan tingkah laku Yansen selama di sekolah, sedangkan mama Yansen stand by dirumah karena sedang merintis usaha travel, dan ketika Yansen pulang sekolah, mamanya yang banyak mengajar yansen. Guru kelas juga hanya sempat memberikan les 2 bulan sejak naik kelas 5, sebab beliau punya waktu terbatas karena punya anak yang masih butuh perhatiannya dirumah, dan kalau yansen digabungkan les masal, dianggap tidak efisien dan mengganggu yang lain. Kalau kumpul les di rumah temannya, setengah waktu les terbuang untuk menenangkan situasi dimana Yansen suka observasi semua ruangan rumah yang masih asing baginya.

Ketika proses belajar dan mengajar baru berjalan 3 bulan saat yansen kelas 5, ternyata ada kejadian heboh lagi terulang. Kali ini Yansen tidak konsentrasi belajar, tidak mencatat topik yang sedang dibahas, PS tidak digubrisnya, dan pendamping yang diberi tugas untuk take care Yansen tidak sanggup mencairkan suasana kegalauan hati Yansen. Sejak sebelum berangkat ke sekolah sudah ada masalah, dimana ada kliping denah-denah rumah yang sedang dikumpulkan Yansen tercecer/hilang dan mulai pagi Yansen sudah menuntut dicarikan tetapi sampai mau berangkat tidak ketemu juga, maka perkara hilangnya kliping itu yang membuat galau pikirannya terbawa sampai di sekolah. Dan ketika pendampingnya dipanggil gurunya untuk menegur kelakuan Yansen yang dianggap tidak kondusif tidak berhasil, pendampingnya kemungkinan stress dan berlaku kasar kepada yansen dengan mencubitnya, maka Yansenpun bangkit melawannya. Mungkin karena panik sehingga Yansen terdorong jatuh dan
mengamuk di kelas. Suasanapun jadi kacau sehingga pihak sekolah menghubungi kami untuk membawa pulang Yansen dan pendampingnya.

Keesokan harinya kami langsung menghadap kep sek dan beliau merespon agak keras karena menilai pendamping tidak bisa menangani Yansen saat bermasalah. Setelah kami berunding saat itu juga kami memutuskan untuk selanjutnya mama Yansen sendiri yang akan mendampingi Yansen full day di sekolah. Melihat kesungguhan kami yang mau berkorban demi kemajuan anak kami, maka pihak sekolah pun sangat respek sehingga memberikan kesempatan Yansen untuk tetap belajar sampai tamat. Mulai saat itu tidak pernah ada panggilan lagi dari pihak sekolah karena mamanya terlibat langsung di sekolah. Jadi teman-teman Yansenpun jadi teman mamanya, juga guru guru dan para ortu murid menberikan dukungannya.

Sejak kejadian itu, semua masalah belajar mengajar Yansen ditangani langsung oleh mamanya dan tidak ada less tambahan sampai kelas 6 bahkan sampai tamat. Prestasi Yansen menunjukkan kemajuan, nilai-nilaipun rata rata bagus, dan semua kegiatan sekolah Yansen ikuti tanpa pernah absen. Melihat kondisi Yansen yang sudah kondusif, maka pihak sekolah memberikan kelonggaran untuk tidak perlu mendamping Yansen full day di sekolah, jadi waktu kelas 6 kami hanya mengantar Yansen pagi ke sekolah,waktu istirahat dipantau 15 menit dan menjemputnya waktu pulang. Hanya kegiatan out door yang perlu didampingi.

Kami bersyukur kepada Tuhan karena anugrahNya anak kami yang special ini bertumbuh menjadi remaja. Semua karena campur tangan Tuhan sebab kami sadar kemampuan kami sangat terbatas tetapi kami sepenuhnya bergantung kepada Tuhan, pencipta yang agung yang tidak terbatas kuasanya. Apa yang kami butuhkan, Tuhan sediakan tepat waktunya, sebab itu kepada semua orang tua yang punya anak special, kalau Tuhan titipkan anak dalam hidup kita, apapun kondisinya itu adalah anugrah dan terimalah sebagai amanah, sebab Tuhan sebenarnya lebih peduli, karena semua adalah milikNYA.

Pernah suatu ketika, karena kecapean dan hampir putus asa karena banyak masalah yang berliku-liku dalam mengasuh dan mendidik Yansen anak kami yang memang special, ketika berdoa, aku sempat berkeluh kesah:"Tuhan kenapa Engkau ijinkan anak yang special ini menjadi beban dalam kehidupan kami??”, kenapa kami harus berletih-lelah dengan perkara ini dan itu??. Tahukah apa yang Tuhan taruh dalam hatiku?, ketika saat teduh menantikan Tuhan:"itu milikKU yang dititipkan kepadamu, kapan saja Aku bisa mengambilnya kembali, bila engkau tidak mau menerimanya sebagai bagian dalam hidupmu", sejak saat itu aku kembali disadarkan bahwa kalau Tuhan beri kita anak special itu anugrah dan sekaligus amanah, itu sudah menjadi bagian dalam hidup kita, oleh karena itu bersyukurlah dalam segala hal, karena ALLAH turut bekerja. Dalam segala hal mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang dikasihiNYA.

Tak terasa hari hari berlalu, Yansen anak kami yang memang special itu bertumbuh. Tiap pagi aku berdoa semoga Yansen selalu diberkati Tuhan makin hari makin baik, makin besar makin baik. Dan ternyata jerih lelah dan pengorbanan kami tidak sia sia, sebab terlihat nyata banyak kemajuan yang tidak pernah kami pikirkan kini menjadi kenyataan dalam kehidupan kami. Sejak naik kelas 6, Yansen sudah bisa mengatur rumah tangga, kalau pembantu pulang kampung, maka dia mulai mengatur : siapa yang nyuci, siapa yang gosok, siapa yang ngepel dll. Begitu pulang sekolah, kalau tidak banyak PR, dia langsung cuci pakaian sekeluarga (pakai mesin cuci), kemudian sorenya dia masak nasi (pakai rice cooker), kemudian dia beri tugas mamanya gosok pakaian, dan begitu ciecienya pulang langsung dicerca,ciecie ngepel ya!. Kalau banyak PR dimana dia tidak sempat cuci pakaian, begitu saya pulang langsung dipesanin, papa cuci ya, Yansen masih mau kerjakan PR. Sebagai ayahnya maka sayapun melaksanakan tugas yang diberikan anak kami yang special itu, dan herannya tidak ada yang mengajari yansen masak nasi tapi airnya selalu pas dan nasinyapun pulen (mungkin karena dia hobby baca resep). Yang heran lagi dia bahkan bisa menterjemahkan resep bahasa Indonesia ke bahasa Inggris walaupun dalam tata bahasa yang kaku.

Hal yang masih mengganjal adalah Yansen terobsesi berat dengan alat alat elektronik, sehingga katalog hypermarket, dan carefore menjadi langganannya. Tidak heran kalau banyak kliping alat alat elektronik yang dikumpulkannya, diapun suka menggambar alat alat elektronik, dan semua merk dia hafal. Kami agak kewalahan kalau ke supersrore karena Yansen akan menghabiskan banyak waktu di counter elektronik, semua unit dilihat, diperhatikan, dicobain switch-switchnya bahkan dia membaca buku petunjuknya kalau ada. Kapan terbitnya katalogpun dia hafal, dan selalu meminta kami ambilkan kalau waktunya tiba. Kalau saya terlambat atau lupa ambilkan maka dia langsung buka website dan bilang kami lalai dia langsung mencetak semua catalog full colour, aduh……tintanya mahal.

Itulah dinamika punya anak special. Perasaan menyenangkan, menegangkan dan mengharukan senantiasa menjadi warna hidup kami. Selanjutnya kami akan menceritakan dinamika saat anak kami yang special ini memasuki masa puber dan liku-likunya.

0 Response to "Dinamika perkembangan anak autis saat kelas 5 SD baik jasmani, jiwani dan rohani."

Posting Komentar